BATIK TRADISIONAL
Karya : Eka Indah Puspitarini
Latar Belakang
Penciptaan
Indonesia memiliki kerajinan tekstil yang mendunia yaitu Batik, bahkan
di setiap daerah terdapat keunikan dan
kekhasan pada batiknya. Setiap golongan masyarakat saling berlomba-lomba
membuat inovasi terbaru yang berunsurkan batik. Baik itu terdapat pada pakaian,
sepatu, sendal, tas, interior bangunan, kendaraan pribadi juga tidak lepas dari
ragam hias batik, dan masih banyak lagi yang berhiaskan batik.
“Batik adalah kain yang ragam hiasnya dibuat dengan
mempergunakan malam sebagai bahan
perintang warna, sehingga zat warna tidak dapat mengenai bagian kain yang
tertutup malam saat pencelupan.Untuk membubuhkan malam ke atas kain,
dipergunakan canting, yaitu sebuah alat kecil berupa semacam mangkuk berujung pipa
dari tembaga, yang diberi gagang kayu atau bambu.”[1]
Batik sangat menawan dan mempesona setiap mata yang melihatnya, setiap
goresannya mengandung makna mendalam baik itu dirasakan dari sang senimannya,
pengrajinnya, para konsumen, atau penikmat batik lainnya. Simbol yang tertera
pada sebuah batik pasti berhubungan erat dengan kehidupan yang dijalani setiap
manusia dari masa lampau maupun di masa sekarang.Pada umumnya ragam hias batik
banyak mengambil unsur flora, fauna, bangunan, dan fenomena-fenomena alam lainnya.
Saat ini batik ada beberapa jenis
batik yaitu batik tradisional dan batik ekspresi, pada karya ini menggunakan
batik tradisional. Batik tradisional dari kata tersebut sudah jelas bila motif
yang digunakan harus menggunakan motif tradisi, motif batik tradisi tersebut
banyak dijumpai di berbagai daerah. Oleh karena itu, pada karya batik
tradisional ini lebih mengarah pada motif dari daerah Pekalongan di antaranya mengambil beberapa motif
yaitu motif garuda dari batik cuwiri, ornamen-ornamen tumbuhan dari batik
cuwiri, dan bentuk tumbuhan dari batik terangbulan pekalongan. Serta ada
campuran dari motif truntum dan buketan sebagai penghias tepi batik.
Pada batik ini juga berusaha
memadukan motif-motif batik, sehingga menjadi sebuah perpaduan yang harmonis.
Perpaduan inilah yang akan menjadi bentuk pelestarian motif batik nusantara,
karena semua motif batik sangat indah dan tentu memiliki nilai simbolisnya.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
1. Menciptakan karya seni batik
tradisioanl dengan menerapkan perpaduan motif batik yaitu batik Pekalongan,
truntum, dan motif buketan.
2. Menciptakan desain baru dalam karya
seni batik tradisional
3. Sebagai tugas seni batik
Manfaat
1. Bagi Masyarakat : Dapat menjadi tambahan
pengetahuan bagi masyarakat tentang batik tradisional
2. Bagi Akademisi : Dapat menjadi masukan
dan wawasan dalam menciptakan karya batik tradisional dengan inovasi motif
baru.
[1] Helen Ishwara, L.R. Supriyapto, Xenia Moeis, Batik Pesisir Pusaka Indonesia Koleksi Hartono Sumarsono, (
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2011 ), p. 23.
Konsep Karya
Pada karya batik tradisioanl ini
yang diaplikasikan kedalam selendang mengambil konsep dari motif garuda batik
cuwiri Pekalongan, motif dari tumbuhannya, yang akan dipadukan dengan motif
truntum dan buketan. Warna yang digunakan juga seperti warna batik pekalongan
yang mencolok berwarna-warni, oleh karena ttu batik tersebut akan menggunakan
pewarna batik remazol.
Konsep yang akan diusung adalah
tentang sebuah kekuasaan dan kejantanan yang disimbolkan oleh motif garuda,
lalu rasa cinta kasih yang disimbolkan motif truntum, sehingga motif yang
dipadukan tersebut memiliki makna tentang seseorang yang memiliki kekuasaan
sepatutnya menyayangi orang-orang dibawahnya, agar tidak menjadi orang sombong
dan tamak. Lalu motif-motif tumbuhan tersebut ibarat ketentraman, kedamaian,
dan kerukunan, karena tumbuhan tersebut terlihat harmonis dan mekar dengan
indahnya, hal itu merupakan dampak positif jika sebuah kepemimpinan yang baik
akan menghasilkan sebuah kebahagian bersama.
Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan
karya seni ini adalah metode penciptaan karya seni yang di ungkapkan oleh SP.
Gustami dalam bukunya Proses Penciptaan Seni Kriya “Untaian Metodologis”. SP.
Gustami mengungkapkan bahwa proses perwujudan
suatu seni kriya melalui beberapa tahapan dan langkah – langkah. Ada 3
tahapan dalam proses penciptaan suatu seni kriya tersebut, yaitu tahap
eksplorasi, tahap perancangan dan tahap perwujudan.
Pertama,
tahap eksplorasi,meliputi aktivitas penjelajahan menggali sumber ide dengan
langkah identifikasi dan perumusan masalah; penelusuran, penggalian,
pengumpulan data dan referensi; berikut pengolahan dan analisis data untuk
mendapatkan simpul penting konsep pemecahan masalah secara teoritis, yang
hasilnya dipakai sebagai dasar perancangan. Dari proses pertama ini
mengahasilkan sebuah rancangan dasar, hal itu berkaitan dengan tahapan kedua
yaitu tahapan perancangan. Tahap perancangan tersebut merupakan visualisasi
dari analisis data – data acuan yang diwujukan ke dalam bentuk sketsa rekaan
dan gambar tekni yang kemudian digunakan untuk proses perwujudan. Pada tahapan
tersebut menghasilkan sketsa – sketsa dan gambar teknik rancangan sebuah karya
seni yang kemudian di pilih untuk diwujudkan, sama seperti pada tahapan pertama
tahapan ini juga berkaitan dengan tahapan ketiga.Pada tahapan ketiga yaitu
tahap perwujudan, bermula dari pembuatan dari sketsa alternatif atau gambar
teknik kemudian diwujudkan dalam bentuk prototipe sampai menemukan kesempurnaan
pada karya yang diinginkan.[1]
Proses Perwujudan
a.
Bahan dan Alat
1. Kain Primissima
panjang 1,5 meter x 30 cm
2. Pensil
3. Canting
4. Gawangan
5. Malam
6. Wajan kecil
7. Kompor
kecil
8. Pewarna remazol
[1] SP.
Gustami, Proses Peciptaan Seni
Kriya”Untaian Metodologis”(Yogyakarta: Program Penciptaan Seni Pascasarjana
ISI Yogyakarta, 2004) hal 29.
Teknik Pembuatan
1. Mempersiapkan bahan dan alat
2. Membuat sket
3. Memindahkan
sket ke kain untuk dibatik
4. Mulai
mencanting batik sesuai motif yang ingin ditutup dan yang ingin terkena warna
5. Setelah kain selesai dibatik, maka mulai
mewarnai batik dengan remazol
6. Pada pewarnaan remazol dengan cara mencolet
7. Setelah selesai semua objek di warna, maka di
jemur tanpa terkena matahari langsung
8. Lalu diberi Waterglass secara merata, lalu di
diamin semalam
9. Siap di lorod.
10. Lalu
tahap terakhir disetrika agar rapi.
FOTO HASIL KARYA
Judul
karya : Harmonis
Ukuran : 150 x 30 cm
Bahan : kain polysima
Warna : Remazol
Tahun
pembuatan: 2013
Tinjauan Karya
Pada karya yang berjudul “Harmonis” ini mengisahkan tentang
penguasa yang memiliki kekuasaan,ia seorang pemimpin namun memiliki sikap
menyayangi orang-orang dibawahnya, begitu juga sebaliknya, sikap menyayangi itu
terdapat pada motif truntum. Lalu warna cerah yang digunakan melambangkan
sebuah keceriaan serta keharmonisan.
BATIK EKSPRESI
Latar Belakang Penciptaan
Pada karya batik ekspresi ini lebih
mengarah pada bagaimana seseorang mengeksplor imajinasinya dalam menciptakan
suatu karya khususnya pada batik ini. Hal yang dapat membangkitkan imajinasinya
dapat berupa pengalaman pribadi maupun orang lain, sosial budaya, politik,
kesenjangan sosial , bahkan mencari tahu sendiri melalui internet.
Tidak ada yang salah dalam menerapkan
motif apa yang akan digunakan dalam batik ekspresi ini, semuanya bebas
menuangkan ide dan konsepnya tanpa adanya batasan dalam berkarya. Tapi tidak
hanya sekedar goresan tanpa arti atau makna, karena sebuah karya ekspresi itu
merupakan ungkapan jiwa seseorang jadi tidak dapat dihindarai jika karya
tersebut terdapat makna yang mendalam bagi si pencipta karya.
Manusia memiliki rasa keinginan yang
begitu besar, rasanya sebuah kesempurnaan itu mustahil untuk ada bagi siapa saja
yang tidak pernah bersyukur, perasaan tidak pernah puas itu yang membuat orang
merasa dirinya selalu kurang. Khususnya yang dialami wanita, mereka selalu
menganggap dirinya kurang terutama dalam hal penampilan, hal itu terjadi setiap
kali mereka bercermin dalam keadaan sunyi dan sedang sendiri. Karya batik ini
akan mengespresikan fenomena tersebut kedalam batik ekpresi.
Tujuan dan
Manfaat
Tujuan
1.
Sebagai tugas seni
batik
2.
Menciptakan
desain baru dalam karya seni batik ekspresi
Manfaat
1.
Bagi Masyarakat
: Dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang batik
ekspresi
2.
Bagi Akademisi :
Dapat menjadi masukan dan wawasan dalam menciptakan karya batik ekspresi
dengan inovasi motif baru.
Konsep Karya
Karya batik ekpresi ini berhubungan dengan
rasa minder atau kurangnya percaya diri terhadap penampilan, fenomena ini yang
sering dialami wanita. Mereka selalu menganggap dirinya kurang, buruk, dan yang
paling menghkhawatirkan adalah mereka dikuasai oleh hawa nafsu akan kemolekan
diri. Banyak wanita yang berlomba-lomba pergi ke klinik kecantikan, berharap
dapat berubah menjadi cantik, dan rela merubah tubuh dan wajah dengan operasi
plastik. Sangat miris melihat pembertitaan yang marak saat ini sejak adanya
demam korea.
Tidak dapat dipungkiri lagi jika wabah
korea tersebut telah merambah ke negeri Indonesia ini, kurangnya sosialisasi
terhadap penghargaan terhadap diri sendiri inilah yang membuat pendeknya
pikiran para wanita saat ini untuk menempuh jalan pintas demi sebuah kecantikan
yang itu semua bersifat sementara. Oleh karena itu pada karya batik ini akan
mengambil fenomena tersebut untuk dijadikan ide dalam penciptaan karya batik
ekspresi ini, agar mereka yang melihat karya ini dapat membuka mata dan pikiran
mereka bahwa sebenarnya kita telah dikuasai oleh nafsu yang buruk, yang
perlahan merusak pola hidup manusia. Jika dilihat seperti itu maka wanita
tersebut sama halnya seperti sebuah robot, yang selalu menuruti nafsu sebagai
penggerak remote kontrolnya.
Pada Karya batik ini dibuat dengan
ukuran 70x90 cm dengan membuat batik eskpresi, konsep yang akan penulis
aplikasikan ke dalam batik adalah sebuah cermin dan seorang wanita. Wanita ini
menghadap di depan cermin, warna yang digunakan juga variasi mengkombinasikan warna
panas dan dingin yang mewakili perasaan wanita dalam konsep tersebut.
Cermin selalu digunakan sebagai benda
untuk bercermin atau bersolek, namun tidak sebatas itu, cermin juga dapat
membuat seseorang mengintropeksi dirinya sendiri tanpa ia sadari. Dari sebuah
cermin mereka dapat mencaci-maki dirinya sendiri dan memuji dirinya sendiri.
Sehingga cermin dimasukkan dalam konsep batik ekspresi ini, dan seorang wanita
merupakan objek utamanya juga.
Proses Perwujudan
a.
Bahan dan Alat
1. Kain Primissima
ukuran 70x90 cm
2. Pensil
3. Canting
4. Gawangan
5. Malam
6. Wajan kecil
7. Kompor
kecil
8. Pewarna remazol
Teknik Pembuatan
1. Mempersiapkan bahan dan alat
2. Membuat sket
3. Memindahkan
sket ke kain untuk dibatik
4. Mulai
mencanting batik sesuai motif yang ingin ditutup dan yang ingin terkena warna
5. Setelah kain selesai dibatik, maka mulai
mewarnai batik dengan remazol
6. Pada pewarnaan remazol dengan cara mencolet
menggunakan kuas dan spons
7. Setelah selesai semua objek di warna, maka di
jemur tanpa terkena matahari langsung
8. Lalu diberi Waterglass secara merata, dan di
diamin semalam
9. Siap di lorod.
10. Lalu
tahap terakhir disetrika agar rapi dan di pigura.
FOTO HASIL KARYA
Judul
karya : Cermin Diri
Ukuran : 90 x 70 cm
Bahan : kain primissima
Warna : Remazol
Tahun
pembuatan: 2013
Tinjauan
Karya
Pada
karya ini yang berjudul “ Cermin Diri ” menggambarkan sebuah cermin dan seorang
wanita, hal tersebut menginterpretasikan bahwa itu merupakan suatu proses dari
dalam diri wanita untuk menilai kelebihan dan kekurangnnya, mereka selalu
mengganggap dirinya buruk, perasaan itulah yang menjadikan mereka seperti robot
yang dikendalikan oleh hawa nafsunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Gustami, S.P, Proses
Peciptaan Seni Kriya”Untaian Metodologis”(Yogyakarta: Program Penciptaan
Seni Pascasarjana ISI Yogyakarta, 2004
Ishwara, Helen, L.R. Supriyapto, Xenia Moeis, Batik
Pesisir Pusaka Indonesia Koleksi Hartono Sumarsono, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2011
Susanto, S.K sewan, Seni Kerajinan
Batik Indonesia, Yogyakarta : Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan, Lembaga
Penelitian Dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I, 1973