Kamis, 24 Oktober 2013

batik tradisional dan batik ekspresi

BATIK TRADISIONAL
Karya : Eka Indah Puspitarini
Latar Belakang Penciptaan
Indonesia memiliki kerajinan tekstil yang mendunia yaitu Batik, bahkan di setiap daerah  terdapat keunikan dan kekhasan pada batiknya. Setiap golongan masyarakat saling berlomba-lomba membuat inovasi terbaru yang berunsurkan batik. Baik itu terdapat pada pakaian, sepatu, sendal, tas, interior bangunan, kendaraan pribadi juga tidak lepas dari ragam hias batik, dan masih banyak lagi yang berhiaskan batik.
“Batik adalah kain yang ragam hiasnya dibuat dengan mempergunakan malam      sebagai bahan perintang warna, sehingga zat warna tidak dapat mengenai bagian kain yang tertutup malam saat pencelupan.Untuk membubuhkan malam ke atas kain, dipergunakan canting, yaitu sebuah alat kecil berupa semacam mangkuk berujung pipa dari tembaga, yang diberi gagang kayu atau bambu.”[1]
Batik sangat menawan dan mempesona setiap mata yang melihatnya, setiap goresannya mengandung makna mendalam baik itu dirasakan dari sang senimannya, pengrajinnya, para konsumen, atau penikmat batik lainnya. Simbol yang tertera pada sebuah batik pasti berhubungan erat dengan kehidupan yang dijalani setiap manusia dari masa lampau maupun di masa sekarang.Pada umumnya ragam hias batik banyak mengambil unsur flora, fauna, bangunan, dan fenomena-fenomena alam lainnya.
            Saat ini batik ada beberapa jenis batik yaitu batik tradisional dan batik ekspresi, pada karya ini menggunakan batik tradisional. Batik tradisional dari kata tersebut sudah jelas bila motif yang digunakan harus menggunakan motif tradisi, motif batik tradisi tersebut banyak dijumpai di berbagai daerah. Oleh karena itu, pada karya batik tradisional ini lebih mengarah pada motif dari daerah  Pekalongan di antaranya mengambil beberapa motif yaitu motif garuda dari batik cuwiri, ornamen-ornamen tumbuhan dari batik cuwiri, dan bentuk tumbuhan dari batik terangbulan pekalongan. Serta ada campuran dari motif truntum dan buketan sebagai penghias tepi batik.
            Pada batik ini juga berusaha memadukan motif-motif batik, sehingga menjadi sebuah perpaduan yang harmonis. Perpaduan inilah yang akan menjadi bentuk pelestarian motif batik nusantara, karena semua motif batik sangat indah dan tentu memiliki nilai simbolisnya.

Tujuan dan Manfaat  
Tujuan
1.         Menciptakan karya seni batik tradisioanl dengan menerapkan perpaduan motif batik yaitu batik Pekalongan, truntum, dan motif buketan.
2.         Menciptakan desain baru dalam karya seni batik tradisional
3.         Sebagai tugas seni batik

Manfaat
1.         Bagi Masyarakat : Dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang batik tradisional
2.         Bagi Akademisi : Dapat menjadi masukan dan wawasan dalam menciptakan karya batik tradisional dengan inovasi motif baru.



[1] Helen Ishwara, L.R. Supriyapto, Xenia Moeis, Batik Pesisir Pusaka Indonesia Koleksi Hartono Sumarsono, ( Jakarta:  Kepustakaan Populer Gramedia, 2011 ),  p. 23.



Konsep Karya
            Pada karya batik tradisioanl ini yang diaplikasikan kedalam selendang mengambil konsep dari motif garuda batik cuwiri Pekalongan, motif dari tumbuhannya, yang akan dipadukan dengan motif truntum dan buketan. Warna yang digunakan juga seperti warna batik pekalongan yang mencolok berwarna-warni, oleh karena ttu batik tersebut akan menggunakan pewarna batik remazol.
            Konsep yang akan diusung adalah tentang sebuah kekuasaan dan kejantanan yang disimbolkan oleh motif garuda, lalu rasa cinta kasih yang disimbolkan motif truntum, sehingga motif yang dipadukan tersebut memiliki makna tentang seseorang yang memiliki kekuasaan sepatutnya menyayangi orang-orang dibawahnya, agar tidak menjadi orang sombong dan tamak. Lalu motif-motif tumbuhan tersebut ibarat ketentraman, kedamaian, dan kerukunan, karena tumbuhan tersebut terlihat harmonis dan mekar dengan indahnya, hal itu merupakan dampak positif jika sebuah kepemimpinan yang baik akan menghasilkan sebuah kebahagian bersama.

 Metode Penciptaan
Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan karya seni ini adalah metode penciptaan karya seni yang di ungkapkan oleh SP. Gustami dalam bukunya Proses Penciptaan Seni Kriya “Untaian Metodologis”. SP. Gustami mengungkapkan bahwa proses perwujudan  suatu seni kriya melalui beberapa tahapan dan langkah – langkah. Ada 3 tahapan dalam proses penciptaan suatu seni kriya tersebut, yaitu tahap eksplorasi, tahap perancangan dan tahap perwujudan.
Pertama, tahap eksplorasi,meliputi aktivitas penjelajahan menggali sumber ide dengan langkah identifikasi dan perumusan masalah; penelusuran, penggalian, pengumpulan data dan referensi; berikut pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan simpul penting konsep pemecahan masalah secara teoritis, yang hasilnya dipakai sebagai dasar perancangan. Dari proses pertama ini mengahasilkan sebuah rancangan dasar, hal itu berkaitan dengan tahapan kedua yaitu tahapan perancangan. Tahap perancangan tersebut merupakan visualisasi dari analisis data – data acuan yang diwujukan ke dalam bentuk sketsa rekaan dan gambar tekni yang kemudian digunakan untuk proses perwujudan. Pada tahapan tersebut menghasilkan sketsa – sketsa dan gambar teknik rancangan sebuah karya seni yang kemudian di pilih untuk diwujudkan, sama seperti pada tahapan pertama tahapan ini juga berkaitan dengan tahapan ketiga.Pada tahapan ketiga yaitu tahap perwujudan, bermula dari pembuatan dari sketsa alternatif atau gambar teknik kemudian diwujudkan dalam bentuk prototipe sampai menemukan kesempurnaan pada karya yang diinginkan.[1]

Proses Perwujudan
a. Bahan dan Alat
1.    Kain Primissima panjang 1,5 meter x 30 cm
2.    Pensil
3.    Canting
4.    Gawangan
5.    Malam
6.    Wajan kecil
7.    Kompor kecil
8.    Pewarna remazol



[1] SP. Gustami, Proses Peciptaan Seni Kriya”Untaian Metodologis”(Yogyakarta: Program Penciptaan Seni Pascasarjana ISI Yogyakarta, 2004) hal 29.

Teknik Pembuatan
1.  Mempersiapkan bahan dan alat
2.  Membuat sket
3. Memindahkan sket ke kain untuk dibatik
4. Mulai mencanting batik sesuai motif yang ingin ditutup dan yang ingin terkena warna
5.  Setelah kain selesai dibatik, maka mulai mewarnai batik dengan remazol
6.  Pada pewarnaan remazol dengan cara mencolet
7.  Setelah selesai semua objek di warna, maka di jemur tanpa terkena matahari langsung
8.  Lalu diberi Waterglass secara merata, lalu di diamin semalam
9.  Siap di lorod.
10.     Lalu tahap terakhir disetrika agar rapi.

FOTO HASIL KARYA
batik tradisional
Judul karya :  Harmonis
Ukuran       : 150 x 30 cm
Bahan         : kain polysima
Warna         : Remazol
Tahun pembuatan: 2013

Tinjauan Karya
               Pada karya yang berjudul “Harmonis” ini mengisahkan tentang penguasa yang memiliki kekuasaan,ia seorang pemimpin namun memiliki sikap menyayangi orang-orang dibawahnya, begitu juga sebaliknya, sikap menyayangi itu terdapat pada motif truntum. Lalu warna cerah yang digunakan melambangkan sebuah keceriaan serta keharmonisan.

BATIK EKSPRESI
Latar Belakang Penciptaan
          Pada karya batik ekspresi ini lebih mengarah pada bagaimana seseorang mengeksplor imajinasinya dalam menciptakan suatu karya khususnya pada batik ini. Hal yang dapat membangkitkan imajinasinya dapat berupa pengalaman pribadi maupun orang lain, sosial budaya, politik, kesenjangan sosial , bahkan mencari tahu sendiri melalui internet.
          Tidak ada yang salah dalam menerapkan motif apa yang akan digunakan dalam batik ekspresi ini, semuanya bebas menuangkan ide dan konsepnya tanpa adanya batasan dalam berkarya. Tapi tidak hanya sekedar goresan tanpa arti atau makna, karena sebuah karya ekspresi itu merupakan ungkapan jiwa seseorang jadi tidak dapat dihindarai jika karya tersebut terdapat makna yang mendalam bagi si pencipta karya.
          Manusia memiliki rasa keinginan yang begitu besar, rasanya sebuah kesempurnaan itu mustahil untuk ada bagi siapa saja yang tidak pernah bersyukur, perasaan tidak pernah puas itu yang membuat orang merasa dirinya selalu kurang. Khususnya yang dialami wanita, mereka selalu menganggap dirinya kurang terutama dalam hal penampilan, hal itu terjadi setiap kali mereka bercermin dalam keadaan sunyi dan sedang sendiri. Karya batik ini akan mengespresikan fenomena tersebut kedalam batik ekpresi.




Tujuan dan Manfaat  
Tujuan
1.      Sebagai tugas seni batik
2.      Menciptakan desain baru dalam karya seni batik ekspresi

Manfaat
1.      Bagi Masyarakat : Dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang batik ekspresi
2.      Bagi Akademisi : Dapat menjadi masukan dan wawasan dalam menciptakan karya batik ekspresi dengan inovasi motif baru.

Konsep Karya
            Karya batik ekpresi ini berhubungan dengan rasa minder atau kurangnya percaya diri terhadap penampilan, fenomena ini yang sering dialami wanita. Mereka selalu menganggap dirinya kurang, buruk, dan yang paling menghkhawatirkan adalah mereka dikuasai oleh hawa nafsu akan kemolekan diri. Banyak wanita yang berlomba-lomba pergi ke klinik kecantikan, berharap dapat berubah menjadi cantik, dan rela merubah tubuh dan wajah dengan operasi plastik. Sangat miris melihat pembertitaan yang marak saat ini sejak adanya demam korea.
          Tidak dapat dipungkiri lagi jika wabah korea tersebut telah merambah ke negeri Indonesia ini, kurangnya sosialisasi terhadap penghargaan terhadap diri sendiri inilah yang membuat pendeknya pikiran para wanita saat ini untuk menempuh jalan pintas demi sebuah kecantikan yang itu semua bersifat sementara. Oleh karena itu pada karya batik ini akan mengambil fenomena tersebut untuk dijadikan ide dalam penciptaan karya batik ekspresi ini, agar mereka yang melihat karya ini dapat membuka mata dan pikiran mereka bahwa sebenarnya kita telah dikuasai oleh nafsu yang buruk, yang perlahan merusak pola hidup manusia. Jika dilihat seperti itu maka wanita tersebut sama halnya seperti sebuah robot, yang selalu menuruti nafsu sebagai penggerak remote kontrolnya.
          Pada Karya batik ini dibuat dengan ukuran 70x90 cm dengan membuat batik eskpresi, konsep yang akan penulis aplikasikan ke dalam batik adalah sebuah cermin dan seorang wanita. Wanita ini menghadap di depan cermin, warna yang digunakan juga variasi mengkombinasikan warna panas dan dingin yang mewakili perasaan wanita dalam konsep tersebut.
          Cermin selalu digunakan sebagai benda untuk bercermin atau bersolek, namun tidak sebatas itu, cermin juga dapat membuat seseorang mengintropeksi dirinya sendiri tanpa ia sadari. Dari sebuah cermin mereka dapat mencaci-maki dirinya sendiri dan memuji dirinya sendiri. Sehingga cermin dimasukkan dalam konsep batik ekspresi ini, dan seorang wanita merupakan objek utamanya juga.

Proses Perwujudan
a. Bahan dan Alat
1.    Kain Primissima ukuran 70x90 cm
2.    Pensil
3.    Canting
4.    Gawangan
5.    Malam
6.    Wajan kecil
7.    Kompor kecil
8.    Pewarna remazol
Teknik Pembuatan
1.  Mempersiapkan bahan dan alat
2.  Membuat sket
3. Memindahkan sket ke kain untuk dibatik
4. Mulai mencanting batik sesuai motif yang ingin ditutup dan yang ingin terkena warna
5.  Setelah kain selesai dibatik, maka mulai mewarnai batik dengan remazol
6.  Pada pewarnaan remazol dengan cara mencolet menggunakan kuas dan spons
7.  Setelah selesai semua objek di warna, maka di jemur tanpa terkena matahari langsung
8.  Lalu diberi Waterglass secara merata, dan di diamin semalam
9.  Siap di lorod.
10.     Lalu tahap terakhir disetrika agar rapi dan di pigura.      

FOTO HASIL KARYA
batik ekspresi

Judul karya :  Cermin Diri
Ukuran       : 90 x 70 cm
Bahan         : kain primissima
Warna         : Remazol
Tahun pembuatan: 2013

Tinjauan Karya

               Pada karya ini yang berjudul “ Cermin Diri ” menggambarkan sebuah cermin dan seorang wanita, hal tersebut menginterpretasikan bahwa itu merupakan suatu proses dari dalam diri wanita untuk menilai kelebihan dan kekurangnnya, mereka selalu mengganggap dirinya buruk, perasaan itulah yang menjadikan mereka seperti robot yang dikendalikan oleh hawa nafsunya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Gustami, S.P, Proses Peciptaan Seni Kriya”Untaian Metodologis”(Yogyakarta: Program Penciptaan Seni Pascasarjana ISI Yogyakarta, 2004
Ishwara, Helen, L.R. Supriyapto, Xenia Moeis, Batik Pesisir Pusaka Indonesia Koleksi Hartono Sumarsono,  Jakarta:  Kepustakaan Populer Gramedia, 2011
Susanto, S.K sewan, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Yogyakarta : Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan, Lembaga Penelitian Dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I, 1973